Sabtu, 01 Desember 2012

Welcome to December

Bicara bulan. bicara berbagai hal yang saya sukai dibulan ini. Hmmmmmm...,banyak banget yang terjadi dibulan ini. tentunya bulan ini ialah bulan kelahiran saya tepatnya tanggal 14 desember. bicara ultah..,masih ada 14 hari sebelum hari itu tiba.


Kadang suka pengen nangis darah kalo liat situasi ini. tiap tahun selalu kaya gini. SENDIRIIII. yaps....,mungkin bagi sebagian orang tau dan ngerasain apa yang gue rasain. beginilah nasib para jomblowers..., eitsssss..., jangan ngetawain dulu sobbbbb!!! gue jomblo bukan karena gak laku. tapi karena gue bosan sama yang namanya sakit hati. Cinta yang gue temui selalu kandas ditengah jalan. bermacam macam alasan mulai dari cowoknya yang matre,selingkuh,possesive, sampe dikhianatin juga pernah gue alami. Gue pernah nanya sama salah satu mantan gue tentang alasan perpisahan gue "Kecantikan" you now that???? Sinting kalo orang udah mandang seseorang cuma dari kecantikan fisiknya doank. emang mereka pikir mereka siapa? lebih keren? lebih ok? lebih tajir??? Nggak sob. mereka biasa za tuh. sama kaya pria pria yang laen...
 
huftttt...,bicara masa lalu  gue juga gak luput dari kesalahan. gue gak munafik dan gak bisa pungkiri kalo gue pernah ngelakuin kesalahan fatal yang bikin sakit hati sang Mantan. disini gue samarkan namanya menjadi Beni.

Tepat setahun yang lalu. pada bulan september gue dikenalin sama sahabat gue yang notabene temen kuliah d kampus. gue dikenalin sama Beni. Dia kuliah di Akademi Maritim Cicebon. beberapa hari tlp dan smsn sama ci Doi kita ketemuan dan endingnya tepat pada tanggal 1 oktober kita JADIAN.......

Sob....,nantiiii dilanjut lagi yah ceritanya..,mau belajar bwat bikin proposal skripsi dulu nih. bentar lagi seminar soalnya. doain yahhh., hehehe....

Introduce My self

Oke,haloooooo nama saya Aini ,saya tahun ini (2012) nambah umur jadi 22 tahun! saya adalah mahasiswa tingkat akhir di UIN SGD Bandung. Jurusan Pendidikan Agama Islam. saya anak pertama dari dua bersaudara . sudah beberapa lama say vakum dari dunia blogger. alasannya karena kesibukkan kuliah dan banyaknya trouble yang pernah saya alami semenjak penulisan blog ini. okey, untuk hari-hari berikutnya,silahkan mendengarkan saya berceloteh didalam nya.. 

Minggu, 18 Maret 2012

PSIKOLOGI AGAMA (KONVERSI AGAMA)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konversi telah selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak membakar emosi kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan seseorang untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah- masalah paling utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan kita. Dan misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang sekarang, yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi kebudayaan keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau bahkan kekeliruan yang akut.
 Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit dianggap beradab atau berbudi bahasa dan sering menghina dan merendahkan. Misionaris tidaklah datang dengan sebuah pikiran terbuka untuk suatu diskusi yang tulus dan dialog yang memberi dan menerima, tetapi pikirannya telah berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan untuk memperdaya yang lain dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri tahu apa sebenarnya yang diyakini dan dilakukannya.
 Sulit untuk membayangkan pertemuan antar manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari kekerasan fisik yang nyata. Kegiatan misionaris selalu memegang kekerasan psikologis yang terkandung didalamnya, bagaimanapun bijaksananya hal itu dilakukan. Ia diarahkan pada pengalihan pikiran dan hati dari orang-orang menjauh dari agama asli mereka kepada suatu agama yang secara umum tidak bersimpati dan bermusuhan dengannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian konversi agama?
2.      Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama?
3.      Bagaimana proses konversi agama?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian konversi agama
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama
3.      Untuk mengetahui proses konversi agama


























BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Konversi Agama
a.       Pengertian konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain”Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata Inggris Conversion yang mengandung pengertian: beubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another).
b.      Pengertian konversi agama menurut terminology. Menurut pengertian ini akan di kemukakan beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:
1)      Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2)       William James mengatakan konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada.
Konversi agama yang dimaksudkan memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
a.       Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b.      Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan secara berproses atau secara mendadak.
c.       Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pendangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d.      Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.

2.      Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
      Beberapa ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi.
a.       Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
b.      Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:
1.      Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan atau bidang kebudayaan yang lain).
2.      Pengaruh kebiasaan yang rutin. Misalnya menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal maupun lembaga nonformal.
3.      Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya karib, keluarga, famili, dan sebagainya.
4.      Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor pendorong konversi agama.
5.      Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapt pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6.      Pengaruh kekuasaan pemimpin. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau raja mereka.

c.       Para ahli psikologi (Ahli ilmu jiwa) berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin.
William James (dalam Ramayulis 2002, hal: 70), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa terjadinya konversi agama karena:

1)      Adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
2)      Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Berdasarkan kesimpulan ini William James, Starbuck (dalam Ramayulis 2007, Hal 70- 71), membagi konversi agama menjadi 2 tipe:
1.      Tipe Volational (Perubahan bertahap)
Perubahan agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2.      Tipe Self-Surrender (Perubahan Drastis)
Konversi tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya dan sebagainya. Pada konversi tipe kedua ini menurut William James adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri sefseorang sehingga ia menerima kondisi yang bru dengan pnyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi, ada semacam petunjuk (Hidayah dari Tuhan).
3.      Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjuauan para psikolog adalah berupa pembebasan dari tekanan batin.
Faktor yang melatar belakangi timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkungan (ekstern).
a.       Faktor intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah Kepribadian. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Menurut penelitian W. James bahwa tipe melankolis memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya. Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak tengah biasanya lebih bimbang dalam menentukan agama dibandingkan dengan anak sulung atau anak bungsu.
b.      Faktor ekstern. Diantaranya adalah;
1)      Faktor keluarga, keratakan keluarga, ketidak seserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapat pengakuan kaum kerabat, dan lainya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin.
2)      Lingkungan tempat tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya akan merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan ini menyebabkan seseorang mencari tempat untuk bergantung hingga kegelisahann batinnya hilang.
3)      Perubahan status yang berlangsung secara mendadak Misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang berlainan agama.
4)      Kemiskinan. Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi terjadinya konversi agama.
d.      Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konvesi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Berdirinya sekolah –sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
Menurut Zakiyah Daradjat, Faktor-Faktor yang mempengaruhi konversi agama adalah (Zakiyah Daradjat 1991, hal 159 - 164):
1.      Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan orang – orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang – kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problem itu mudah mengalami konversi agama, di antaranya ketegangan batin itu ialah tidak mampunya mematuhi nilai–nilai moral dan agama dalam hidupnya.
2.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama. Aktifitas lembaga keagamaan mempunyai pengaruh besar terutama aktifitas – aktifitas sosialnya. Kebiasaan – kebiasaan yang dialami waktu kecil, melalui bimbingan lembaga – lembaga kagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalami konflik jiwa ketegangan batin yang tidak teratasi.
3.      Ajakan / seruan dan sugesti. Peristiwa konversi agama terjadi karna sugesti dan bujukan dari luar jika orang yang mengalami konversi itu dapat merasakan kelegaan dan ketentraman batin dalam keyakinan baru, maka lama – kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam pribadinya.
4.      Faktor – faktor emosi. Dalam penelitian George.A. Coe bahwa konversi agama lebih banyak terjadi pada orang yang dikuasai oleh emosinya. Orang – orang yang emosional (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya) mudah kena sugesti apabila ia mengalami kegelisahan. Menurut G. Stanlay Hall, usia remaja terkenal dengan umur kegoncangan emosi. Menurut Starburk, bahwa umur yang menonjol bagi konversi agama pada laki – laki adalah 16 tahun 4 bulan dan bagi wanita 14 tahun 8 bulan.apabila kita kembali kepada kenyataan dalam hidup, tidak sedikit peristiwa konversi yng terjadi pada usia di atas 40 atau 50 tahun atau lebih.
5.      Kemauan. Kemauan juga merupakan peranan penting dalam konversi agama. Terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami konversi. hal ini dapat di ikuti dari riwayat hidup Imam Al Ghazali yang mengalami sendiri bahwa pekerjaan dan buku – buku yang dulu di karangnya bukanlah dari keyakinan, tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan pangkat. (zakiah daradjat: 1970: 159-164)

3.      Proses Konversi Agama
Menurut M.T.L Penido berpendapat, bahwa konversi agama mengandung 2 unsur yaitu:
a.       Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dari pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seioring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
b.      Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok, sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran, mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan pnyelesaian oleh yang bersangkutan.
Kerangka proses konversi agama dikemukakan oleh:
a.       H. Carrier, membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut:
1)      terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat darikisis yang dialami.
2)      Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru, maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur lama.
3)      Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
4)      timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
b.      Dr. Zakiah Daradjat. Memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
1)      Masa tenang. Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Dimana segala sikap, tingkah laku, dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
2)      Masa ketidaktenangan. Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan keguncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga mengakibatkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa dan bimbang. konflik jiwa yang berat itu menyebabkan orang lebih sensitif (mudah perasa, cepat tersinggung dan mudah kena sugesti). Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
3)      Masa konversi. Masa ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin dalam menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk illahi.
4)      Masa tenang dan tentram. Masa tenang dan tentram ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap keputusan yang diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
5)      Masa ekspresi konversi. Pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.
c.       Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
1)      Masa Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
2)      Adanya rasa pasrah    
3)      Pertumbuhan secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.
Proses terjadinya konversi agama, dalam masyarakat mengambil beberapa macam bentuk:
1.      Perubahan yang drastis. Adalah proses konversi agama dari tidak taat menjadi taat, yang jangka waktunya cepat, karena ada masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh individu, yang disebabkan oleh tidak adanya pengalaman individu sebelumnya.
2.      Pengaruh Lingkungan. Pengaruh lingkungan mempengaruhi sikap dan cara pandang terhadap keyakinan suatu agama.
3.      Pengaruh idealisme yang dicari. Proses ini, biasanya memakan waktu lama. Individu selalu merasa dalam keyakinn yang meragukan. Tetapi jika, ada bukti yang bisa meyakinkannya, maka, dia akan yakin sepenuhnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konversi Agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama).Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu: (1)Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama. (2)Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Proses kejiwaan yang terjadi melalui lima tahap yaitu: masa tenang, masa ketidak tenangan, masa konverensi, masa tenang dan tentram, dan masa konverensi. Para ahli agama menyatakan bahwa faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
secara umum, konversi agama mengandung dua unsur sebagaimana dikemukakan oleh M.T.L. Penido, yaitu: unsur dari dalam diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin)





DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia
http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/


Sabtu, 03 Maret 2012

Filsafat Pendidikan Islam


MAKALAH
“KONSEP MANUSIA”
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun:
Rizza Eka fahmi
Romi Syahrurrohim
Sarmih
Siti Jamilah
Siti Nuraini Yahya
PAI/D/VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012



 
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk bahan diskusi Filsafat Pendidikan Islam. Makalah ini berjudulKonsep Manusia” Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik yang bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak. Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah Subhanahuwata`ala.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bandung, 5 Maret 2012

Penulis            








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar belakang Masalah......................................................................................... 1
2.      Rumusan masalah ................................................................................................. 1
3.      Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
a.       Hakikat Manusia.................................................................................................... 2 
b.      Manusia Sempurna Menurut Islam........................................................................ 4
c.       Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan.......................................... 9
BAB III PENUTUP





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam penciptaan manusia, Allah telah melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat potensial, melalui berbagai tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia, manusia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan potensinya itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Karena itu dalam hal apapun manusia masih memerlukan pendidikan.
Potensi yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak terus menerus sesuai dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang diperolehnya yang kemudian menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Hakikat Manusia menurut Islam?
b.      Bagaimana Manusia sempurna menurut Islam?
c.       Bagaimanakah potensi manusia dan implikasinya terhadap pendidikan?
C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui hakikat manusia menurut perspektif Islam
b.      Untuk mengetahui manusia sempurna menurut Islam
c.       Untuk mengetahui potensi manusia dan implikasinya dalam pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia Menurut Islam
Apa hakikat manusia menurut islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al -Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; al quran surat al- Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah; al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah  yang menjadikan  manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Pengetahuan tentang asal kejadian manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup  menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; inilah salah satu hakikat wujud manusia.
Hakikat wujud yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam, kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda Rasulullah saw yang artinya:
“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah, yang disebut didalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah   dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-Ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan seseorang.
Pengaruh itu terjadi baik pada aspek jasmani,akal, maupun aspek rohani. Aspek jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); aspek akal banyak dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain oleh pembawaan); dan spek rohani banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan). Pengaruh itu menurut Al-Syaibani (1979: 136), dimulai sejak bayi berupa embrio, dan barulah berakhir setelah kematian orang tersebut. Tingkat dan kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing; kadar pengaruh tersebut berbeda juga menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor pembawaan lebih dominan pengaruhnya   tatkala orang masih bayi; lingkungan (alam dan budaya) lebih dominan pengaruhnya tatkala orang mulai dewasa.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu cenderung beragama; inilah hakikat wujud lain.
Al-Syaibani (1979:121) menyatakan bahwa manusia itu berkecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagat raya ini. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir. Jadi, manusia itu ingin beragama. Keinginan itu meningkat mengikuti meningkatnya taraf pemikiran; akal manusia pada akhirnya akan mengakui bahwa Tuhan itu ada (Al-Syaibani, 1979:123).
Apa dan siapa sebenarnya manusia itu? Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat wujud manusia. Yang lain ialah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani,akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani, dan itu sungguh-sungguh. Dalam al-Quran surat al-Qashas ayat 77 Allah berfirman:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# (
Artinya:
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .
Yang dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani.
Aspek kedua, manusia mempunyai aspek akal, juga sudah jelas; semua manusia normal mengakui hal ini. Al-Quran dan Hadis juga menjelaskan hal tersebut. Kata yang digunakan al-Quran untuk menunjuk kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution (1982:39-48) menerangkan ada tujuh kata yang digunakan dalam al-Quran untuk menunjuk kepada Akal. Pertama, kata nazara seperti yang digunakan dalam surat Qaf 6-7, surat al-Thariq ayat 5-7, dan surat al- Ghasyiah ayat 17-20. Kedua,digunakan kata tadabbara seperti digunakan didalam surat Shad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga, kata tafakkara seperti dalam surat an-Nahl ayat 68-69 dan surat al-Jatsyiah ayat 12-13. Keempat, kata faqiha seperti yang digunakan dalam surat al-isra ayat 44, surat al-An’am ayat 97-98, dan surat al-Taubah ayat 122. Kelima, kata tadzakkara seperti digunakan dalam surat an-Nahl ayat 17, al-Zumar ayat 9 , surat al-Dzariyat ayat 47-49,dan al-Zumar ayat 27. Keenam, digunakan kata fahima  seperti dalam surat al-Anbiya ayat 78-79. Dan ketujuh, kata ‘aqala itu sendiri seperti yang ada pada surat al-Anfal ayat 22 dan surat al-Nahl ayat 11-12.
Aspek ketiga manusia ialah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini antara lain terdapat dalam sutat al-Hijr ayat 29:
#sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Artinya:
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

B.    Manusia Sempurna Menurut Islam
Apa ciri manusia sempurna menurut islam? Manusia sempurna menurut Islam tidak mungkin diluar hakikatnya. Berikut ini diuraikan ciri manusia sempurna menurut Islam. Uraian ini hanya memilih ciri-ciri pokok sebab keseluruhan ciri tersebut akan banyak sekali. 
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan
Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dari pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Dilihat dari sudut ini maka Islam mengidealkan Muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.
Dalam penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya dalam sejarah, tidak jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya memerlukan kekuatan dan kesehatan fisik (jasmani) kadang-kadang kekuatan dan kesehatan itu diperlukan untuk berperang menegakkan ajaran Islam. Ternyata sampai sekarangpun tantangan fisik seperti dalam sejarah tersebut sering juga muncul. Oleh karena itu, Sekarangpun Muslim harus sehat dan kuat fisiknya.
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan pembelaan Islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata,  menunggang kuda, lari cepat (Al-Syaibani, 1979: 503). Pentingnya kekuatan dan kesehatan fisik itu juga mempunyai dalil-dalil naqli.
Dalam surat Al-Anfal ayat 60 disebutkan agar orang Islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Yang dimaksud dengan musuh Allah ialah yang mengancam agama Islam. Persiapan itu diselenggarakan antara lain berupa pendidikan jasmani.
Jasmani yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat secara fisik. Cirinya yang mudah dilihat ialah kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yang tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar (lihat Bucher, 1975: 55). Jasmani yang sehat serta kuat itu akan menampilkan tubuh yang indah; keindahan  adalah salah satu aspek kehidupan yang dipentingkan didalam Islam.
Kesehatan dan kekuatan juga berkaitan dengan kemampuan menguasai filsafat dan sains serta pengelolaan alam. Oleh karena itu, semakin wajarlah kiranya bila Islam memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai salah satu ciri muslim yang sempurna. Pada jasmani yang demikian itu terdapatlah indera yang sehat dan bekerja dengan baik. Indera yang baik diperlukan dalam penguasaan filsafat dan sains, serta dalam pengelolaan alam. Jadi, kesimpulannya adalah wajar bila Islam memandang jasmani yang sehat dan kuat sebagai salah satu ciri Muslim yang ideal.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan perkembangan Islam telah mengetahui pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Agaknya ayat-ayat Al-Quran berikut memberikan petunjuk tentang perlunya Muslim memiliki keterampilan :
ÆìoYô¹$#ur y7ù=àÿø9$# $uZÏ^ãôãr'Î/ $oYÍŠômurur Ÿwur ÓÍ_ö7ÏÜ»sƒéB Îû tûïÏ%©!$# (#þqßJn=sß 4 Nåk¨XÎ) tbqè%tøóB ÇÌÐÈ
Artinya:
 Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Huud:37)
çm»oY÷K¯=tæur spyè÷Y|¹ <¨qç7s9 öNà6©9 Nä3oYÅÁósçGÏ9 .`ÏiB öNä3Åù't/ ( ö@ygsù öNçFRr& tbrãÅ3»x© ÇÑÉÈ
Artinya:
Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (QS.Al-Anbiyaa: 80)
            Muslim yang hidup pada zaman modern ini, juga di Indonesia, tidaklah mungkin meremehkan pendidikan keterampilan. Orang akan sulit sekali menyelenggarakan kehidupannya tanpa memiliki salah satu keterampilan yang diperlukan dalam kehudupannya. Salah satu ciri Muslim yang baik ialah sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.
2.      Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri Muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dititik melalui indikator-indikator sebagai berikut ini.
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal; dalam sains kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang Islam hendaknya tidak hanya menguasai teori-teori sains, tetapi berkemampuan pula menciptakan teori-teori baru dalam sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, Orang Islam akan mampu memecahkan masalah filosofis.
Perlunya ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat Al-Quran serta hadis Nabi Muhammad saw. Ayat dan hadis itu biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indera dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat al-Quran dan hadis tersebut dituliskan berikut ini:
ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
Artinya:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Al-Zumar:9)
$yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3
Artinya:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS. AL-Fathir:28)
Ayat-ayat diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan)  dimiliki orang Islan, pentingnya berfikir dan pentingnya belajar.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan pula dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini memang berkaitan pula dengan tingkat kecerdasan.
3.      Rohani yang berkualitas tinggi
Seperti telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini ialah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan Islam menyebut qalb (kalbu) saja.
Kalbu disini sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas. Gejalanya itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan kemampuan “melihat” yang gaib, termasuk “melihat” Tuhan, “surga, neraka, dan lain-lain. Kata “melihat Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah “merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf adalah bagian dari kerja kalbu.
Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas; dapat mengetahui objek secara tidak terbatas. Karena itu, Islam amat menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al-Quran, tempatnya didalam kalbu.
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôtƒ ß`»yJƒM}$# Îû öNä3Î/qè=è%
Artinya:
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. (QS. AL-Hujurat:14)
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada di dalam hati, suatu rasa tentang Tuhan. Dalam surat al-Maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut:
* $ygƒr'¯»tƒ ãAqߧ9$# Ÿw y7Râøts šúïÏ%©!$# tbqãã̍»|¡ç Îû ̍øÿä3ø9$# z`ÏB šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% $¨YtB#uä óOÎgÏdºuqøùr'Î/ óOs9ur `ÏB÷sè? öNßgç/qè=è% ¡
Artinya:
Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami Telah beriman", padahal hati mereka belum beriman. (QS. AL-Maidah:41)
Hai, Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan) kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman.
Jadi, menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang mengatakan itu sudah beriman; iman itu  dihati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga dikepala. Yang ada dikepala ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang dikepala itu bukan iman, iman itu didalam hati.
Berdasarkan uraian ini jelaslah bahwa kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada Allah.
Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gekala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya salat, ia salat dengan khusyuk (al-Mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang  (al- Zumar: 23); bila disebut nama Allah; bergetar hatinya (al-Hajj: 34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Maryam:58.al-Isra: 109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman dan takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa manusia sempurna dalam Islam ialah manusia yang hatinya penuh iman dan takwa kepada Tuhan.
Seluruh uraian tentang ciri manusia sempurna  menurut Islam ini dapat diringkas sebagai berikut. Manusia sempurna menurut Islam haruslah:
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.      Akalnya Cerdas serta pandai;
3.      Hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.

C.    Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dalam teori kependidikan, dikenal istilah teori tabularasa (John Locke) yang memandang bahwa manusia dilahirkan laksana kertas putih bersih yang kemudian sepenuhnya tergantung pada tulisan yang mengisinya, bahwa jiwa itu akan dibentuk dan dikembangkan oleh lingkungannya. Namun bukan berarti anak yang baru terlahir itu kosong sama sekali, karena secara fitrah, manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi SAW, mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut, mengajar dan menyucikan manusia.
Berkaitan dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya, dan untuk itu ia perlu mengetahui asal kejadiannya, dari apa ia diciptakan. Dalam hal ini al-Qur’an menyimpulkan dua asal kejadian manusia. Pertama manusia dijadikan dari tanah yakni ketika Allah menciptakan Adam as. Kedua, manusia dijadikan dari nuthfah yakni ketika Allah menciptakan bani Adam. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya (Q.S. Al-Sajadah : 7-9)

üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ ¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ
Artinya:

7.  Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8.  Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9.  Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat dua unsur yang membentuk kejadiannya, yakni jasmani dan rohani. Tubuh berasal dari material (tanah) maka ia akan kembali kepada tanah setelah mati, sedang roh berasal dari immaterial (Allah) maka ia juga akan kembali kepada Allah setelah manusia mati.
Dua unsur yang membentuk manusia tersebut, mempunyai kecendrungan untuk berkembang. Pada unsur jasmani, manusia cenderung berkembang dari kecil menjadi besar dan dari lemah menjadi kuat kemudian lemah lagi. Pada unsur rohani dari apek berfikirnya, manusia ada yang berkembang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu banyak hal, lalu kemudian mati. Adapula yang berkembang dari tidak tahu kemudian menjadi tahu, lalu tidak tahu lagi karena ketuaan atau pikun lalu mati, firman Allah:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Nahl : 78)
Selanjutnya agar kedua unsur, baik jasmani maupun rohani dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu mendapat bimbingan. Pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupannya di dunia, apalagi kalau perbuatan tersebut membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan. Ia akan membawa kerugian dan kerusakan bagi masyarakat. Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya ruh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia memerlukan latihan.
Dalam Islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan bagi manusia itu. Semua ibadah yang ada dalam Islam; shalat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat ruh manusia senantiasa ingat kepada Tuhan, bahkan senantiasa dekat kepada-Nya. Kedekatan kepada Tuhan sebagai zat yang Mahasuci dapat meningkatkan kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Oleh sebab itu pula dalam pendidikan Islam, dua unsur dalam diri manusia jasmani dan ruhani yang membentuk manusia dengan segala potensinya sama-sama mendapatkan perhatian, unsur jasmani tidak lebih penting dari unsur ruhani, demikian pula sebaliknya karena kedua unsur tersebut saling mempengaruhi.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama.
Ciri manusia sempurna  menurut Islam sebagai berikut:
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.      Akalnya Cerdas serta pandai;
3.      Hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya.





DAFTAR PUSTAKA
Al-Jamali, Muhammad Fadhil, DR. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1995.
http://www.tuanguru.net/2011/11/potensi-manusia-dan-implikasinya-dalam.html
Nasution, Harun, Prof, Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I.  Jakarta: UI-Press, 1985.
Shihab,M. Quraish, Prof, Dr. Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Syahidin, Drs, M.Pd. Metode Pendidikan Qur’ani. Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1999.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.