MAKALAH
“KONSEP MANUSIA”
“Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas terstruktur pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun:
Rizza
Eka fahmi
Romi
Syahrurrohim
Sarmih
Siti
Jamilah
Siti
Nuraini Yahya
PAI/D/VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk bahan diskusi Filsafat Pendidikan Islam.
Makalah ini berjudul “Konsep Manusia” Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik yang bersifat
moril maupun materil dari berbagai pihak. Mudah-mudahan atas segala bantuan dan
kebijakan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang
berlipat ganda dari Allah Subhanahuwata`ala.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Bandung, 5 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Masalah......................................................................................... 1
2.
Rumusan masalah
................................................................................................. 1
3.
Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
a. Hakikat Manusia.................................................................................................... 2
b.
Manusia
Sempurna Menurut Islam........................................................................ 4
c.
Potensi Manusia
dan Implikasinya dalam Pendidikan.......................................... 9
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
penciptaan manusia, Allah telah melengkapinya dengan berbagai sarana dan
prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga ia dapat menata kehidupan
di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat
potensial, melalui berbagai tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia,
manusia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan
mengembangkan potensinya itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam
perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela
memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu.
Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Karena itu dalam hal apapun
manusia masih memerlukan pendidikan.
Potensi
yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya
secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang
dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak
terus menerus sesuai dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh
tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang
diperolehnya yang kemudian menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa Hakikat
Manusia menurut Islam?
b.
Bagaimana
Manusia sempurna menurut Islam?
c.
Bagaimanakah
potensi manusia dan implikasinya terhadap pendidikan?
C.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui hakikat manusia menurut perspektif Islam
b.
Untuk
mengetahui manusia sempurna menurut Islam
c.
Untuk
mengetahui potensi manusia dan implikasinya dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Manusia
Menurut Islam
Apa
hakikat manusia menurut islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan
Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri.
Al -Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan
dari segumpal darah; al quran surat al- Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia
dijadikan oleh Allah; al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa
Al-Rahman (Allah) itulah yang
menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi,
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Pengetahuan
tentang asal kejadian manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan
pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak
dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang
kemakhlukan manusia cukup menggambarkan
hakikat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; inilah salah satu
hakikat wujud manusia.
Hakikat
wujud yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam
teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa
perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai
lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang
hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya
dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam,
kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda
Rasulullah saw yang artinya:
“Tiap
orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunya yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (Hadis riwayat
Bukhari dan Muslim).
Menurut
hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang
disebut pembawaan. Fitrah, yang disebut didalam hadis itu adalah
potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-Ibu
dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli
pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan
perkembangan seseorang.
Pengaruh
itu terjadi baik pada aspek jasmani,akal, maupun aspek rohani. Aspek jasmani
banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); aspek akal banyak
dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain oleh pembawaan); dan spek rohani
banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan). Pengaruh
itu menurut Al-Syaibani (1979: 136), dimulai sejak bayi berupa embrio,
dan barulah berakhir setelah kematian orang tersebut. Tingkat dan kadar
pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan
segi-segi pertumbuhan masing-masing; kadar pengaruh tersebut berbeda juga
menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor
pembawaan lebih dominan pengaruhnya
tatkala orang masih bayi; lingkungan (alam dan budaya) lebih dominan
pengaruhnya tatkala orang mulai dewasa.
Manusia
adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan,
adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu
cenderung beragama; inilah hakikat wujud lain.
Al-Syaibani
(1979:121) menyatakan bahwa manusia itu berkecenderungan beriman kepada
kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagat raya ini.
Kecenderungan ini dibawa sejak lahir. Jadi, manusia itu ingin beragama.
Keinginan itu meningkat mengikuti meningkatnya taraf pemikiran; akal manusia
pada akhirnya akan mengakui bahwa Tuhan itu ada (Al-Syaibani, 1979:123).
Apa
dan siapa sebenarnya manusia itu? Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia
berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan
beragama. Itulah antara lain hakikat wujud manusia. Yang lain ialah bahwa
manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani,akal, dan rohani
sebagai potensi pokok.
Al-Quran
menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani, dan itu sungguh-sungguh.
Dalam al-Quran surat al-Qashas ayat 77 Allah berfirman:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# (
Artinya:
Dan
carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .
Yang
dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh
jasmani.
Aspek
kedua, manusia mempunyai aspek akal, juga sudah jelas; semua manusia normal
mengakui hal ini. Al-Quran dan Hadis juga menjelaskan hal tersebut. Kata yang
digunakan al-Quran untuk menunjuk kepada akal tidak hanya satu macam. Harun
Nasution (1982:39-48) menerangkan ada tujuh kata yang digunakan dalam al-Quran
untuk menunjuk kepada Akal. Pertama, kata nazara seperti yang digunakan
dalam surat Qaf 6-7, surat al-Thariq ayat 5-7, dan surat al- Ghasyiah ayat
17-20. Kedua,digunakan kata tadabbara seperti digunakan didalam surat
Shad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga, kata tafakkara seperti
dalam surat an-Nahl ayat 68-69 dan surat al-Jatsyiah ayat 12-13. Keempat, kata faqiha
seperti yang digunakan dalam surat al-isra ayat 44, surat al-An’am ayat
97-98, dan surat al-Taubah ayat 122. Kelima, kata tadzakkara seperti
digunakan dalam surat an-Nahl ayat 17, al-Zumar ayat 9 , surat al-Dzariyat ayat
47-49,dan al-Zumar ayat 27. Keenam, digunakan kata fahima seperti dalam surat al-Anbiya ayat 78-79. Dan
ketujuh, kata ‘aqala itu sendiri seperti yang ada pada surat al-Anfal
ayat 22 dan surat al-Nahl ayat 11-12.
Aspek
ketiga manusia ialah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini antara lain
terdapat dalam sutat al-Hijr ayat 29:
#sÎ*sù ¼çmçF÷§qy àM÷xÿtRur ÏmÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Artinya:
Maka
apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
B.
Manusia
Sempurna Menurut Islam
Apa
ciri manusia sempurna menurut islam? Manusia sempurna menurut Islam tidak
mungkin diluar hakikatnya. Berikut ini diuraikan ciri manusia sempurna menurut
Islam. Uraian ini hanya memilih ciri-ciri pokok sebab keseluruhan ciri tersebut
akan banyak sekali.
1.
Jasmani yang
sehat serta kuat dan berketerampilan
Orang
Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan
keperluan penyiaran dari pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Dilihat dari
sudut ini maka Islam mengidealkan Muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.
Dalam
penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya dalam sejarah, tidak
jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya memerlukan kekuatan dan kesehatan
fisik (jasmani) kadang-kadang kekuatan dan kesehatan itu diperlukan untuk
berperang menegakkan ajaran Islam. Ternyata sampai sekarangpun tantangan fisik
seperti dalam sejarah tersebut sering juga muncul. Oleh karena itu, Sekarangpun
Muslim harus sehat dan kuat fisiknya.
Islam
menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam
(iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan
kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan jasmani pun
penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan
Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat)
diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan
pembelaan Islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan
senjata, menunggang kuda, lari cepat
(Al-Syaibani, 1979: 503). Pentingnya kekuatan dan kesehatan fisik itu juga
mempunyai dalil-dalil naqli.
Dalam
surat Al-Anfal ayat 60 disebutkan agar orang Islam mempersiapkan kekuatan dan
pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Yang dimaksud dengan musuh
Allah ialah yang mengancam agama Islam. Persiapan itu diselenggarakan antara
lain berupa pendidikan jasmani.
Jasmani
yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat
secara fisik. Cirinya yang mudah dilihat ialah kemampuan beradaptasi yang
tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yang
tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar (lihat
Bucher, 1975: 55). Jasmani yang sehat serta kuat itu akan menampilkan tubuh
yang indah; keindahan adalah salah satu
aspek kehidupan yang dipentingkan didalam Islam.
Kesehatan
dan kekuatan juga berkaitan dengan kemampuan menguasai filsafat dan sains serta
pengelolaan alam. Oleh karena itu, semakin wajarlah kiranya bila Islam
memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai salah satu ciri muslim yang
sempurna. Pada jasmani yang demikian itu terdapatlah indera yang sehat dan
bekerja dengan baik. Indera yang baik diperlukan dalam penguasaan filsafat dan
sains, serta dalam pengelolaan alam. Jadi, kesimpulannya adalah wajar bila
Islam memandang jasmani yang sehat dan kuat sebagai salah satu ciri Muslim yang
ideal.
Jasmani
yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada
Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan
dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Para
pendidik Muslim sejak zaman permulaan perkembangan Islam telah mengetahui
pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan
kejuruan. Agaknya ayat-ayat Al-Quran berikut memberikan petunjuk tentang
perlunya Muslim memiliki keterampilan :
ÆìoYô¹$#ur y7ù=àÿø9$# $uZÏ^ãôãr'Î/ $oYÍômurur wur ÓÍ_ö7ÏÜ»séB Îû tûïÏ%©!$# (#þqßJn=sß 4 Nåk¨XÎ) tbqè%tøóB ÇÌÐÈ
Artinya:
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan
petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang
orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS.
Huud:37)
çm»oY÷K¯=tæur spyè÷Y|¹ <¨qç7s9 öNà6©9 Nä3oYÅÁósçGÏ9 .`ÏiB öNä3Åù't/ ( ö@ygsù öNçFRr& tbrãÅ3»x© ÇÑÉÈ
Artinya:
Dan Telah kami
ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (QS.Al-Anbiyaa: 80)
Muslim
yang hidup pada zaman modern ini, juga di Indonesia, tidaklah mungkin
meremehkan pendidikan keterampilan. Orang akan sulit sekali menyelenggarakan
kehidupannya tanpa memiliki salah satu keterampilan yang diperlukan dalam
kehudupannya. Salah satu ciri Muslim yang baik ialah sekurang-kurangnya satu
jenis keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.
2.
Cerdas serta
pandai
Islam
menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang
secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah
dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki
pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri Muslim yang
sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dititik
melalui indikator-indikator sebagai berikut ini.
Pertama,
memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah
pengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal; dalam sains
kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang Islam hendaknya tidak hanya
menguasai teori-teori sains, tetapi berkemampuan pula menciptakan teori-teori
baru dalam sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan
menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan
yang semata-mata akliah. Dengan ini, Orang Islam akan mampu memecahkan masalah
filosofis.
Perlunya
ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat Al-Quran serta
hadis Nabi Muhammad saw. Ayat dan hadis itu biasanya diungkapkan dalam bentuk
perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indera dan akal, atau
pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil dari
ayat al-Quran dan hadis tersebut dituliskan berikut ini:
ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôèt tûïÏ%©!$#ur w tbqßJn=ôèt 3 $yJ¯RÎ) ã©.xtGt (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
Artinya:
Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Al-Zumar:9)
$yJ¯RÎ) Óy´øs ©!$# ô`ÏB ÍnÏ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3
Artinya:
Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS.
AL-Fathir:28)
Ayat-ayat
diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki orang Islan, pentingnya berfikir dan
pentingnya belajar.
Akal
yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ).
Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan.
Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan pula dengan kecerdasan tersebut. Kalau
begitu kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini memang
berkaitan pula dengan tingkat kecerdasan.
3.
Rohani yang
berkualitas tinggi
Seperti
telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini ialah aspek manusia
selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas
batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk
mengetahui hakikatnya. kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan Islam
menyebut qalb (kalbu) saja.
Kalbu
disini sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas.
Gejalanya itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya
sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan
kemampuan “melihat” yang gaib, termasuk “melihat” Tuhan, “surga, neraka, dan
lain-lain. Kata “melihat Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah
“merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf
adalah bagian dari kerja kalbu.
Kekuatan
jasmani terbatas pada objek-objek berujud materi yang dapat ditangkap oleh indera.
Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas; dapat mengetahui objek secara
tidak terbatas. Karena itu, Islam amat menembus Tuhan. Kalbu inilah yang
merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan
iman itu, menurut al-Quran, tempatnya didalam kalbu.
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôt ß`»yJM}$# Îû öNä3Î/qè=è%
Artinya:
Orang-orang
Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk
ke dalam hatimu. (QS. AL-Hujurat:14)
Dalam
ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada di dalam hati, suatu rasa tentang
Tuhan. Dalam surat al-Maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut:
* $ygr'¯»t ãAqߧ9$# w y7Râøts úïÏ%©!$# tbqããÌ»|¡ç Îû Ìøÿä3ø9$# z`ÏB úïÏ%©!$# (#þqä9$s% $¨YtB#uä óOÎgÏdºuqøùr'Î/ óOs9ur `ÏB÷sè? öNßgç/qè=è% ¡
Artinya:
Hari
rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut
mereka:"Kami Telah beriman", padahal hati mereka belum beriman. (QS.
AL-Maidah:41)
Hai,
Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan)
kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati
mereka belum beriman.
Jadi,
menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang
mengatakan itu sudah beriman; iman itu
dihati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga dikepala. Yang ada dikepala
ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang dikepala
itu bukan iman, iman itu didalam hati.
Berdasarkan
uraian ini jelaslah bahwa kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang
penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa
kepada Allah.
Kalbu
yang penuh iman itu mempunyai gejala-gekala yang amat banyak; katakanlah
rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya salat, ia
salat dengan khusyuk (al-Mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya
tenang (al- Zumar: 23); bila disebut
nama Allah; bergetar hatinya (al-Hajj: 34-35); bila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Maryam:58.al-Isra: 109). Itulah
ciri utama hati yang penuh iman dan takwa. Dari situlah akan muncul manusia
yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah
disimpulkan bahwa manusia sempurna dalam Islam ialah manusia yang hatinya penuh
iman dan takwa kepada Tuhan.
Seluruh
uraian tentang ciri manusia sempurna
menurut Islam ini dapat diringkas sebagai berikut. Manusia sempurna
menurut Islam haruslah:
1.
Jasmani yang
sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.
Akalnya Cerdas
serta pandai;
3.
Hatinya
(kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.
C.
Potensi Manusia
dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dalam
teori kependidikan, dikenal istilah teori tabularasa (John Locke) yang
memandang bahwa manusia dilahirkan laksana kertas putih bersih yang kemudian
sepenuhnya tergantung pada tulisan yang mengisinya, bahwa jiwa itu akan
dibentuk dan dikembangkan oleh lingkungannya. Namun bukan berarti anak yang
baru terlahir itu kosong sama sekali, karena secara fitrah, manusia adalah
makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Ajaran
Islam yang disampaikan oleh Nabi SAW, mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi
maupun kelompok. Petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut,
mengajar dan menyucikan manusia.
Berkaitan
dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai
potensi yang ada dalam dirinya, dan untuk itu ia perlu mengetahui asal
kejadiannya, dari apa ia diciptakan. Dalam hal ini al-Qur’an menyimpulkan dua
asal kejadian manusia. Pertama manusia dijadikan dari tanah yakni ketika Allah
menciptakan Adam as. Kedua, manusia dijadikan dari nuthfah yakni ketika Allah
menciptakan bani Adam. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya (Q.S. Al-Sajadah
: 7-9)
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO @yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ ¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B crãà6ô±n@ ÇÒÈ
Artinya:
7. Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.
9. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat dua
unsur yang membentuk kejadiannya, yakni jasmani dan rohani. Tubuh berasal dari
material (tanah) maka ia akan kembali kepada tanah setelah mati, sedang roh
berasal dari immaterial (Allah) maka ia juga akan kembali kepada Allah setelah
manusia mati.
Dua unsur yang membentuk manusia tersebut, mempunyai kecendrungan
untuk berkembang. Pada unsur jasmani, manusia cenderung berkembang dari kecil
menjadi besar dan dari lemah menjadi kuat kemudian lemah lagi. Pada unsur
rohani dari apek berfikirnya, manusia ada yang berkembang dari tidak tahu
apa-apa menjadi tahu banyak hal, lalu kemudian mati. Adapula yang berkembang
dari tidak tahu kemudian menjadi tahu, lalu tidak tahu lagi karena ketuaan atau
pikun lalu mati, firman Allah:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Nahl : 78)
Selanjutnya agar kedua unsur, baik jasmani maupun rohani dapat
berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu mendapat bimbingan. Pendidikan
jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan
daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani
akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang
demikian akan menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupannya di dunia,
apalagi kalau perbuatan tersebut membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik
dan kejahatan. Ia akan membawa kerugian dan kerusakan bagi masyarakat.
Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi
hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya ruh yang ada
dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia memerlukan
latihan.
Dalam Islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang
diperlukan bagi manusia itu. Semua ibadah yang ada dalam Islam; shalat, puasa,
haji dan zakat, bertujuan membuat ruh manusia senantiasa ingat kepada Tuhan,
bahkan senantiasa dekat kepada-Nya. Kedekatan kepada Tuhan sebagai zat yang
Mahasuci dapat meningkatkan kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan
dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan
dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Oleh sebab itu pula dalam pendidikan Islam, dua unsur dalam diri
manusia jasmani dan ruhani yang membentuk manusia dengan segala potensinya
sama-sama mendapatkan perhatian, unsur jasmani tidak lebih penting dari unsur
ruhani, demikian pula sebaliknya karena kedua unsur tersebut saling
mempengaruhi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungannya; ia berkecenderungan beragama.
Ciri
manusia sempurna menurut Islam sebagai
berikut:
1.
Jasmani yang
sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.
Akalnya Cerdas
serta pandai;
3.
Hatinya
(kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.
Berkaitan
dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai
potensi yang ada dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jamali,
Muhammad Fadhil, DR. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1995.
http://www.tuanguru.net/2011/11/potensi-manusia-dan-implikasinya-dalam.html
Nasution,
Harun, Prof, Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. Jakarta: UI-Press, 1985.
Shihab,M.
Quraish, Prof, Dr. Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Syahidin,
Drs, M.Pd. Metode Pendidikan Qur’ani. Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1999.
Tafsir,
Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1991.