BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konversi telah
selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak membakar emosi
kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan seseorang
untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah- masalah paling
utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan kita. Dan
misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang sekarang,
yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi kebudayaan
keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau bahkan
kekeliruan yang akut.
Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit
dianggap beradab atau berbudi bahasa dan sering menghina dan merendahkan.
Misionaris tidaklah datang dengan sebuah pikiran terbuka untuk suatu diskusi
yang tulus dan dialog yang memberi dan menerima, tetapi pikirannya telah
berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan untuk memperdaya yang lain
dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri tahu apa sebenarnya yang
diyakini dan dilakukannya.
Sulit untuk membayangkan pertemuan antar
manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari kekerasan fisik yang nyata.
Kegiatan misionaris selalu memegang kekerasan psikologis yang terkandung
didalamnya, bagaimanapun bijaksananya hal itu dilakukan. Ia diarahkan pada
pengalihan pikiran dan hati dari orang-orang menjauh dari agama asli mereka
kepada suatu agama yang secara umum tidak bersimpati dan bermusuhan dengannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian konversi agama?
2. Apa
saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama?
3. Bagaimana
proses konversi agama?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian konversi agama
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama
3. Untuk
mengetahui proses konversi agama
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Konversi Agama
a. Pengertian
konversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain”Conversio”
yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut
dipakai dalam kata Inggris Conversion
yang mengandung pengertian: beubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke
agama lain (change from one state, or
from one religion, to another).
b. Pengertian
konversi agama menurut terminology. Menurut pengertian ini akan di kemukakan
beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:
1)
Max Heirich mengatakan bahwa konversi
agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau
berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan
kepercayaan sebelumnya.
2)
William James mengatakan konversi agama banyak
menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada.
Konversi agama yang
dimaksudkan memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
a.
Adanya perubahan arah pandangan dan
keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi
kondisi kejiwaan sehingga perubahan secara berproses atau secara mendadak.
c.
Perubahan tersebut bukan hanya berlaku
bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga
termasuk perubahan pendangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d.
Selain faktor kejiwaan dan kondisi
lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha
kuasa.
2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Terjadinya Konversi Agama
Beberapa ahli berbeda pendapat dalam
menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi.
a. Para
ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi
agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan
dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
b. Para
ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama
adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial itu terdiri dari adanya berbagai faktor
antara lain:
1. Pengaruh
hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama
(kesenian, ilmu pengetahuan atau bidang kebudayaan yang lain).
2. Pengaruh
kebiasaan yang rutin. Misalnya menghadiri upacara keagamaan, ataupun
pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal maupun
lembaga nonformal.
3. Pengaruh
anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya karib, keluarga,
famili, dan sebagainya.
4. Pengaruh
pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah
satu faktor pendorong konversi agama.
5. Pengaruh
perkumpulan berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang
berdasarkan hobinya dapt pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6. Pengaruh
kekuasaan pemimpin. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut
oleh kepala negara atau raja mereka.
c. Para
ahli psikologi (Ahli ilmu jiwa) berpendapat bahwa yang menjadi pendorong
terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor
intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang
atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan
terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin.
William James (dalam Ramayulis
2002, hal: 70), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa terjadinya konversi
agama karena:
1) Adanya
suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada
dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara
mantap.
2) Konversi
agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa
suatu proses).
Berdasarkan kesimpulan ini William James, Starbuck
(dalam Ramayulis 2007, Hal 70- 71), membagi konversi agama menjadi 2 tipe:
1.
Tipe Volational (Perubahan bertahap)
Perubahan agama tipe ini terjadi secara berproses
sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan
rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai
suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin
mendatangkan suatu kebenaran.
2.
Tipe Self-Surrender (Perubahan Drastis)
Konversi tipe ini adalah konversi yang terjadi
secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba
berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun
dapat terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak
percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya dan sebagainya. Pada
konversi tipe kedua ini menurut William James adanya pengaruh petunjuk dari
Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan
sendirinya pada diri sefseorang sehingga ia menerima kondisi yang bru dengan
pnyerahan jiwa sepenuhnya. Jadi, ada semacam petunjuk (Hidayah dari Tuhan).
3. Masalah-masalah
yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjuauan para
psikolog adalah berupa pembebasan dari tekanan batin.
Faktor yang
melatar belakangi timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkungan
(ekstern).
a. Faktor
intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah Kepribadian.
Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa
seseorang. Menurut penelitian W. James bahwa tipe melankolis memiliki
kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama
dalam dirinya. Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan
urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak tengah biasanya lebih
bimbang dalam menentukan agama dibandingkan dengan anak sulung atau anak
bungsu.
b. Faktor
ekstern. Diantaranya adalah;
1) Faktor
keluarga, keratakan keluarga, ketidak seserasian, berlainan agama, kesepian,
kesulitan seksual, kurang mendapat pengakuan kaum kerabat, dan lainya. Kondisi
yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan batin.
2) Lingkungan
tempat tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya akan merasa
dirinya hidup sebatang kara. Keadaan ini menyebabkan seseorang mencari tempat
untuk bergantung hingga kegelisahann batinnya hilang.
3) Perubahan
status yang berlangsung secara mendadak Misalnya: perceraian, keluar dari
sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan orang yang
berlainan agama.
4) Kemiskinan.
Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan dapat mempengaruhi terjadinya
konversi agama.
d. Para
ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konvesi agama dipengaruhi oleh kondisi
pendidikan. Berdirinya sekolah –sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama
tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
Menurut Zakiyah Daradjat, Faktor-Faktor
yang mempengaruhi konversi agama adalah (Zakiyah Daradjat 1991, hal 159 - 164):
1. Pertentangan
batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan orang – orang yang gelisah, yang
di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang – kadang dia merasa
tidak berdaya menghadapi persoalan atau problem itu mudah mengalami konversi
agama, di antaranya ketegangan batin itu ialah tidak mampunya mematuhi
nilai–nilai moral dan agama dalam hidupnya.
2. Pengaruh
hubungan dengan tradisi agama. Aktifitas lembaga keagamaan mempunyai pengaruh
besar terutama aktifitas – aktifitas sosialnya. Kebiasaan – kebiasaan yang
dialami waktu kecil, melalui bimbingan lembaga – lembaga kagamaan itu, termasuk
salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada
umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalami
konflik jiwa ketegangan batin yang tidak teratasi.
3. Ajakan
/ seruan dan sugesti. Peristiwa konversi agama terjadi karna sugesti dan
bujukan dari luar jika orang yang mengalami konversi itu dapat merasakan
kelegaan dan ketentraman batin dalam keyakinan baru, maka lama – kelamaan akan
masuklah keyakinan itu ke dalam pribadinya.
4. Faktor
– faktor emosi. Dalam penelitian George.A. Coe bahwa konversi agama lebih
banyak terjadi pada orang yang dikuasai oleh emosinya. Orang – orang yang
emosional (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya) mudah kena
sugesti apabila ia mengalami kegelisahan. Menurut G. Stanlay Hall, usia remaja
terkenal dengan umur kegoncangan emosi. Menurut Starburk, bahwa umur yang
menonjol bagi konversi agama pada laki – laki adalah 16 tahun 4 bulan dan bagi
wanita 14 tahun 8 bulan.apabila kita kembali kepada kenyataan dalam hidup,
tidak sedikit peristiwa konversi yng terjadi pada usia di atas 40 atau 50 tahun
atau lebih.
5. Kemauan.
Kemauan juga merupakan peranan penting dalam konversi agama. Terbukti bahwa
peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin
mengalami konversi. hal ini dapat di ikuti dari riwayat hidup Imam Al Ghazali
yang mengalami sendiri bahwa pekerjaan dan buku – buku yang dulu di karangnya
bukanlah dari keyakinan, tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan
pangkat. (zakiah daradjat: 1970: 159-164)
3. Proses Konversi Agama
Menurut M.T.L Penido berpendapat, bahwa
konversi agama mengandung 2 unsur yaitu:
a. Unsur
dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk
suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh krisis yang
terjadi dari pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang
bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seioring
dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
b. Unsur
dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar
diri atau kelompok, sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang
bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya
terhadap kesadaran, mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan
pnyelesaian oleh yang bersangkutan.
Kerangka proses konversi agama
dikemukakan oleh:
a. H.
Carrier, membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut:
1) terjadi
disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat darikisis yang
dialami.
2) Reintegrasi
kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru, maka terciptalah kepribadian
baru yang berlawanan dengan struktur lama.
3) Tumbuh
sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
4) timbul
kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
b. Dr.
Zakiah Daradjat. Memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang
terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
1) Masa
tenang. Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang, karena
masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Dimana segala sikap, tingkah laku,
dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
2) Masa
ketidaktenangan. Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi
batinnya. Dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang
dialaminya. Hal ini menimbulkan keguncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga
mengakibatkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik,
putus asa dan bimbang. konflik jiwa yang berat itu menyebabkan orang lebih
sensitif (mudah perasa, cepat tersinggung dan mudah kena sugesti). Pada tahap
ini terjadi proses pemilihan terhadap kepercayaan baru untuk mengatasi konflik
batinnya.
3) Masa
konversi. Masa ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena
kemantapan batin dalam menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi
ataupun timbulnya rasa pasrah sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk
kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk illahi.
4) Masa
tenang dan tentram. Masa tenang dan tentram ditimbulkan oleh kepuasaan terhadap
keputusan yang diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin
menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru.
5) Masa
ekspresi konversi. Pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan,
sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan
yang diajarkan oleh agama. Itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya
perubahan keyakinan tersebut.
c. Menurut
Wasyim (dalam Sudarno, 2000) secara garis besar membagi proses konversi agama
menjadi tiga, yaitu:
1) Masa
Gelisah (unsert), kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara
seseorang yang beragama dengan Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya
konflik dan perjuangan mental aktif.
2) Adanya
rasa pasrah
3) Pertumbuhan
secara perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi
konversi yang dialami dalam hidupnya.
Proses terjadinya konversi agama, dalam masyarakat
mengambil beberapa macam bentuk:
1. Perubahan
yang drastis. Adalah proses konversi agama dari tidak taat menjadi taat, yang
jangka waktunya cepat, karena ada masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh individu, yang disebabkan oleh tidak adanya pengalaman individu
sebelumnya.
2. Pengaruh
Lingkungan. Pengaruh lingkungan mempengaruhi sikap dan cara pandang terhadap
keyakinan suatu agama.
3. Pengaruh
idealisme yang dicari. Proses ini, biasanya memakan waktu lama. Individu selalu
merasa dalam keyakinn yang meragukan. Tetapi jika, ada bukti yang bisa
meyakinkannya, maka, dia akan yakin sepenuhnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Konversi Agama secara etimologi konversi
berasal dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah
(agama).Sedangkan konversi agama (religious conversion) secara umum dapat di
artikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992),
konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang
menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi
secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi
agama di bedakan menjadi dua, yaitu: (1)Konversi internal, terjadi saat
seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif
lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama. (2)Konversi eksternal,
terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Proses kejiwaan yang terjadi melalui
lima tahap yaitu: masa tenang, masa ketidak tenangan, masa konverensi, masa
tenang dan tentram, dan masa konverensi. Para ahli agama menyatakan bahwa
faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
secara umum, konversi agama mengandung
dua unsur sebagaimana dikemukakan oleh M.T.L. Penido, yaitu: unsur dari dalam
diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin)
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah.
1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang
Jalaluddin. 2008.
Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ramayulis. 2007.
Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia
http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/