Sabtu, 03 Maret 2012

Filsafat Pendidikan Islam


MAKALAH
“KONSEP MANUSIA”
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun:
Rizza Eka fahmi
Romi Syahrurrohim
Sarmih
Siti Jamilah
Siti Nuraini Yahya
PAI/D/VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012



 
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk bahan diskusi Filsafat Pendidikan Islam. Makalah ini berjudulKonsep Manusia” Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik yang bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak. Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah Subhanahuwata`ala.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bandung, 5 Maret 2012

Penulis            








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar belakang Masalah......................................................................................... 1
2.      Rumusan masalah ................................................................................................. 1
3.      Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
a.       Hakikat Manusia.................................................................................................... 2 
b.      Manusia Sempurna Menurut Islam........................................................................ 4
c.       Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan.......................................... 9
BAB III PENUTUP





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam penciptaan manusia, Allah telah melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga ia dapat menata kehidupan di muka bumi dengan baik. Segala kelengkapan itu sebelumnya masih bersifat potensial, melalui berbagai tahapan perkembangan. Setelah terlahir ke dunia, manusia akan sangat bergantung kepada bantuan pihak lain dalam menggunakan dan mengembangkan potensinya itu. Untuk mencapai tahap tertentu dalam perkembangannya, manusia memerlukan upaya orang lain yang mampu dan rela memberikan bimbingan ke arah kedewasaan, paling tidak bantuan dari sang ibu. Upaya itu dapat disebut sebagai proses pendidikan. Karena itu dalam hal apapun manusia masih memerlukan pendidikan.
Potensi yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan berkembang dengan sendirinya secara sempurna tanpa adanya bantuan dari pihak lain sekalipun potensi yang dimilikinya bersifat aktif dan dinamis. Potensi kemanusiaan itu akan bergerak terus menerus sesuai dengan pengaruh yang diperolehnya. Intensitas pengaruh tersebut sangat bervariasi sesuai dengan kemauan dan kesempatan yang diperolehnya yang kemudian menentukan pengalaman dan kedewasaan masing-masing.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Hakikat Manusia menurut Islam?
b.      Bagaimana Manusia sempurna menurut Islam?
c.       Bagaimanakah potensi manusia dan implikasinya terhadap pendidikan?
C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui hakikat manusia menurut perspektif Islam
b.      Untuk mengetahui manusia sempurna menurut Islam
c.       Untuk mengetahui potensi manusia dan implikasinya dalam pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia Menurut Islam
Apa hakikat manusia menurut islam? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al -Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah; al quran surat al- Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah; al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah  yang menjadikan  manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Pengetahuan tentang asal kejadian manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup  menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; inilah salah satu hakikat wujud manusia.
Hakikat wujud yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Islam, kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda Rasulullah saw yang artinya:
“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah, yang disebut didalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah   dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-Ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan seseorang.
Pengaruh itu terjadi baik pada aspek jasmani,akal, maupun aspek rohani. Aspek jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain oleh pembawaan); aspek akal banyak dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain oleh pembawaan); dan spek rohani banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain oleh pembawaan). Pengaruh itu menurut Al-Syaibani (1979: 136), dimulai sejak bayi berupa embrio, dan barulah berakhir setelah kematian orang tersebut. Tingkat dan kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dan orang lain, sesuai dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing; kadar pengaruh tersebut berbeda juga menurut perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan masing-masing. Faktor pembawaan lebih dominan pengaruhnya   tatkala orang masih bayi; lingkungan (alam dan budaya) lebih dominan pengaruhnya tatkala orang mulai dewasa.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya, manusia itu cenderung beragama; inilah hakikat wujud lain.
Al-Syaibani (1979:121) menyatakan bahwa manusia itu berkecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagat raya ini. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir. Jadi, manusia itu ingin beragama. Keinginan itu meningkat mengikuti meningkatnya taraf pemikiran; akal manusia pada akhirnya akan mengakui bahwa Tuhan itu ada (Al-Syaibani, 1979:123).
Apa dan siapa sebenarnya manusia itu? Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat wujud manusia. Yang lain ialah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani,akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani, dan itu sungguh-sungguh. Dalam al-Quran surat al-Qashas ayat 77 Allah berfirman:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# (
Artinya:
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .
Yang dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani.
Aspek kedua, manusia mempunyai aspek akal, juga sudah jelas; semua manusia normal mengakui hal ini. Al-Quran dan Hadis juga menjelaskan hal tersebut. Kata yang digunakan al-Quran untuk menunjuk kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution (1982:39-48) menerangkan ada tujuh kata yang digunakan dalam al-Quran untuk menunjuk kepada Akal. Pertama, kata nazara seperti yang digunakan dalam surat Qaf 6-7, surat al-Thariq ayat 5-7, dan surat al- Ghasyiah ayat 17-20. Kedua,digunakan kata tadabbara seperti digunakan didalam surat Shad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga, kata tafakkara seperti dalam surat an-Nahl ayat 68-69 dan surat al-Jatsyiah ayat 12-13. Keempat, kata faqiha seperti yang digunakan dalam surat al-isra ayat 44, surat al-An’am ayat 97-98, dan surat al-Taubah ayat 122. Kelima, kata tadzakkara seperti digunakan dalam surat an-Nahl ayat 17, al-Zumar ayat 9 , surat al-Dzariyat ayat 47-49,dan al-Zumar ayat 27. Keenam, digunakan kata fahima  seperti dalam surat al-Anbiya ayat 78-79. Dan ketujuh, kata ‘aqala itu sendiri seperti yang ada pada surat al-Anfal ayat 22 dan surat al-Nahl ayat 11-12.
Aspek ketiga manusia ialah potensi rohani. Penjelasan adanya aspek ini antara lain terdapat dalam sutat al-Hijr ayat 29:
#sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Artinya:
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

B.    Manusia Sempurna Menurut Islam
Apa ciri manusia sempurna menurut islam? Manusia sempurna menurut Islam tidak mungkin diluar hakikatnya. Berikut ini diuraikan ciri manusia sempurna menurut Islam. Uraian ini hanya memilih ciri-ciri pokok sebab keseluruhan ciri tersebut akan banyak sekali. 
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan
Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dari pembelaan serta penegakan ajaran Islam. Dilihat dari sudut ini maka Islam mengidealkan Muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.
Dalam penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya dalam sejarah, tidak jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya memerlukan kekuatan dan kesehatan fisik (jasmani) kadang-kadang kekuatan dan kesehatan itu diperlukan untuk berperang menegakkan ajaran Islam. Ternyata sampai sekarangpun tantangan fisik seperti dalam sejarah tersebut sering juga muncul. Oleh karena itu, Sekarangpun Muslim harus sehat dan kuat fisiknya.
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan itu langsung dihubungkan dengan pembelaan Islam, yaitu berupa latihan memanah, berenang, menggunakan senjata,  menunggang kuda, lari cepat (Al-Syaibani, 1979: 503). Pentingnya kekuatan dan kesehatan fisik itu juga mempunyai dalil-dalil naqli.
Dalam surat Al-Anfal ayat 60 disebutkan agar orang Islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Yang dimaksud dengan musuh Allah ialah yang mengancam agama Islam. Persiapan itu diselenggarakan antara lain berupa pendidikan jasmani.
Jasmani yang berkembang dengan baik haruslah kuat (power); artinya orang itu harus kuat secara fisik. Cirinya yang mudah dilihat ialah kemampuan beradaptasi yang tinggi, kemampuan pulih (recover) yang cepat, dan kemampuan menahan letih, yang tidak cepat letih. Tanda yang lain ialah aktif, berpenampilan segar (lihat Bucher, 1975: 55). Jasmani yang sehat serta kuat itu akan menampilkan tubuh yang indah; keindahan  adalah salah satu aspek kehidupan yang dipentingkan didalam Islam.
Kesehatan dan kekuatan juga berkaitan dengan kemampuan menguasai filsafat dan sains serta pengelolaan alam. Oleh karena itu, semakin wajarlah kiranya bila Islam memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai salah satu ciri muslim yang sempurna. Pada jasmani yang demikian itu terdapatlah indera yang sehat dan bekerja dengan baik. Indera yang baik diperlukan dalam penguasaan filsafat dan sains, serta dalam pengelolaan alam. Jadi, kesimpulannya adalah wajar bila Islam memandang jasmani yang sehat dan kuat sebagai salah satu ciri Muslim yang ideal.
Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan juga dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan perkembangan Islam telah mengetahui pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Agaknya ayat-ayat Al-Quran berikut memberikan petunjuk tentang perlunya Muslim memiliki keterampilan :
ÆìoYô¹$#ur y7ù=àÿø9$# $uZÏ^ãôãr'Î/ $oYÍŠômurur Ÿwur ÓÍ_ö7ÏÜ»sƒéB Îû tûïÏ%©!$# (#þqßJn=sß 4 Nåk¨XÎ) tbqè%tøóB ÇÌÐÈ
Artinya:
 Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Huud:37)
çm»oY÷K¯=tæur spyè÷Y|¹ <¨qç7s9 öNà6©9 Nä3oYÅÁósçGÏ9 .`ÏiB öNä3Åù't/ ( ö@ygsù öNçFRr& tbrãÅ3»x© ÇÑÉÈ
Artinya:
Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). (QS.Al-Anbiyaa: 80)
            Muslim yang hidup pada zaman modern ini, juga di Indonesia, tidaklah mungkin meremehkan pendidikan keterampilan. Orang akan sulit sekali menyelenggarakan kehidupannya tanpa memiliki salah satu keterampilan yang diperlukan dalam kehudupannya. Salah satu ciri Muslim yang baik ialah sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.
2.      Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi. Salah satu ciri Muslim yang sempurna ialah cerdas serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dititik melalui indikator-indikator sebagai berikut ini.
Pertama, memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang merupakan produk indera dan akal; dalam sains kelihatan tinggi atau rendahnya mutu akal. Orang Islam hendaknya tidak hanya menguasai teori-teori sains, tetapi berkemampuan pula menciptakan teori-teori baru dalam sains, termasuk teknologi. Kedua, mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Berbeda dari sains, filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata-mata akliah. Dengan ini, Orang Islam akan mampu memecahkan masalah filosofis.
Perlunya ciri akliah dimiliki oleh muslim dapat diketahui dari ayat-ayat Al-Quran serta hadis Nabi Muhammad saw. Ayat dan hadis itu biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indera dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat al-Quran dan hadis tersebut dituliskan berikut ini:
ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
Artinya:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Al-Zumar:9)
$yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3
Artinya:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS. AL-Fathir:28)
Ayat-ayat diatas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan)  dimiliki orang Islan, pentingnya berfikir dan pentingnya belajar.
Akal yang cerdas adalah karunia Tuhan. Indikatornya ialah kecerdasan umum (IQ). Kecerdasan itu, selain ditentukan oleh Tuhan, juga berkaitan dengan keturunan. Kesehatan jiwa dan fisik jelas berkaitan pula dengan kecerdasan tersebut. Kalau begitu kesehatan dan kekuatan seperti yang telah diuraikan sebelum ini memang berkaitan pula dengan tingkat kecerdasan.
3.      Rohani yang berkualitas tinggi
Seperti telah diuraikan sebelum ini, rohani yang dimaksud disini ialah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika). Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia belum (atau tidak akan) memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. kebanyakan buku tashawwuf dan pendidikan Islam menyebut qalb (kalbu) saja.
Kalbu disini sekalipun tidak jelas hakikatnya, apalagi rinciannya, gejalanya jelas. Gejalanya itu diwakilkan dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, bahkan kemampuan “melihat” yang gaib, termasuk “melihat” Tuhan, “surga, neraka, dan lain-lain. Kata “melihat Tuhan dan sebagainya itu sebenarnya adalah “merasakan”. Kemampuan manusia memperoleh ilmu laduni atau ilmu kasyf adalah bagian dari kerja kalbu.
Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. Kekuatan akal atau pikir betul-betul sangat luas; dapat mengetahui objek secara tidak terbatas. Karena itu, Islam amat menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al-Quran, tempatnya didalam kalbu.
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôtƒ ß`»yJƒM}$# Îû öNä3Î/qè=è%
Artinya:
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. (QS. AL-Hujurat:14)
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada di dalam hati, suatu rasa tentang Tuhan. Dalam surat al-Maidah ayat 41 Tuhan berfirman sebagai berikut:
* $ygƒr'¯»tƒ ãAqߧ9$# Ÿw y7Râøts šúïÏ%©!$# tbqãã̍»|¡ç Îû ̍øÿä3ø9$# z`ÏB šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% $¨YtB#uä óOÎgÏdºuqøùr'Î/ óOs9ur `ÏB÷sè? öNßgç/qè=è% ¡
Artinya:
Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:"Kami Telah beriman", padahal hati mereka belum beriman. (QS. AL-Maidah:41)
Hai, Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera (memperlihatkan) kafir, yaitu orang-orang yang mengatakan kami telah beriman, padahal hati mereka belum beriman.
Jadi, menurut ayat ini kata-kata iman tidaklah merupakan pertanda bahwa orang yang mengatakan itu sudah beriman; iman itu  dihati, bukan di mulut. Iman itu bukan juga dikepala. Yang ada dikepala ialah pengetahuan tentang iman, pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang dikepala itu bukan iman, iman itu didalam hati.
Berdasarkan uraian ini jelaslah bahwa kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah; atau dengan ungkapan lain, kalbu yang takwa kepada Allah.
Kalbu yang penuh iman itu mempunyai gejala-gekala yang amat banyak; katakanlah rinciannya amat banyak. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya salat, ia salat dengan khusyuk (al-Mu’min:1-2); bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang  (al- Zumar: 23); bila disebut nama Allah; bergetar hatinya (al-Hajj: 34-35); bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Maryam:58.al-Isra: 109). Itulah ciri utama hati yang penuh iman dan takwa. Dari situlah akan muncul manusia yang berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa manusia sempurna dalam Islam ialah manusia yang hatinya penuh iman dan takwa kepada Tuhan.
Seluruh uraian tentang ciri manusia sempurna  menurut Islam ini dapat diringkas sebagai berikut. Manusia sempurna menurut Islam haruslah:
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.      Akalnya Cerdas serta pandai;
3.      Hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.

C.    Potensi Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan
Dalam teori kependidikan, dikenal istilah teori tabularasa (John Locke) yang memandang bahwa manusia dilahirkan laksana kertas putih bersih yang kemudian sepenuhnya tergantung pada tulisan yang mengisinya, bahwa jiwa itu akan dibentuk dan dikembangkan oleh lingkungannya. Namun bukan berarti anak yang baru terlahir itu kosong sama sekali, karena secara fitrah, manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi SAW, mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuk tersebut bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut, mengajar dan menyucikan manusia.
Berkaitan dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya, dan untuk itu ia perlu mengetahui asal kejadiannya, dari apa ia diciptakan. Dalam hal ini al-Qur’an menyimpulkan dua asal kejadian manusia. Pertama manusia dijadikan dari tanah yakni ketika Allah menciptakan Adam as. Kedua, manusia dijadikan dari nuthfah yakni ketika Allah menciptakan bani Adam. Hal ini dapat dilihat dalam firman-Nya (Q.S. Al-Sajadah : 7-9)

üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ ¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ
Artinya:

7.  Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8.  Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9.  Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa pada diri manusia terdapat dua unsur yang membentuk kejadiannya, yakni jasmani dan rohani. Tubuh berasal dari material (tanah) maka ia akan kembali kepada tanah setelah mati, sedang roh berasal dari immaterial (Allah) maka ia juga akan kembali kepada Allah setelah manusia mati.
Dua unsur yang membentuk manusia tersebut, mempunyai kecendrungan untuk berkembang. Pada unsur jasmani, manusia cenderung berkembang dari kecil menjadi besar dan dari lemah menjadi kuat kemudian lemah lagi. Pada unsur rohani dari apek berfikirnya, manusia ada yang berkembang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu banyak hal, lalu kemudian mati. Adapula yang berkembang dari tidak tahu kemudian menjadi tahu, lalu tidak tahu lagi karena ketuaan atau pikun lalu mati, firman Allah:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Nahl : 78)
Selanjutnya agar kedua unsur, baik jasmani maupun rohani dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu mendapat bimbingan. Pendidikan jasmani manusia harus disempurnakan dengan pendidikan rohani. Pengembangan daya-daya jasmani seseorang tanpa dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupannya di dunia, apalagi kalau perbuatan tersebut membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan. Ia akan membawa kerugian dan kerusakan bagi masyarakat. Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya ruh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia memerlukan latihan.
Dalam Islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan bagi manusia itu. Semua ibadah yang ada dalam Islam; shalat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat ruh manusia senantiasa ingat kepada Tuhan, bahkan senantiasa dekat kepada-Nya. Kedekatan kepada Tuhan sebagai zat yang Mahasuci dapat meningkatkan kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.
Oleh sebab itu pula dalam pendidikan Islam, dua unsur dalam diri manusia jasmani dan ruhani yang membentuk manusia dengan segala potensinya sama-sama mendapatkan perhatian, unsur jasmani tidak lebih penting dari unsur ruhani, demikian pula sebaliknya karena kedua unsur tersebut saling mempengaruhi.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama.
Ciri manusia sempurna  menurut Islam sebagai berikut:
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan;
2.      Akalnya Cerdas serta pandai;
3.      Hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan manusia sebagai makhluk pendidikan, maka ia harus mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya.





DAFTAR PUSTAKA
Al-Jamali, Muhammad Fadhil, DR. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1995.
http://www.tuanguru.net/2011/11/potensi-manusia-dan-implikasinya-dalam.html
Nasution, Harun, Prof, Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I.  Jakarta: UI-Press, 1985.
Shihab,M. Quraish, Prof, Dr. Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
Syahidin, Drs, M.Pd. Metode Pendidikan Qur’ani. Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1999.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.
















1 komentar: